Senin, 14 Februari 2011

Kebenaran Janji Allah SWT

QS. AL-A'raaf ayat 96-100

96. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
97. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?
98. Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?
99. Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.
100. Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau kami menghendaki tentu kami azab mereka Karena dosa-dosanya; dan kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?

Keumuman Makna

Setelah Allah SWT menjelaskan sunnah-Nya terhadap umat-umat terdahulu, yaitu ditimpakannya siksaan dan kesengsaraan terhadap mereka setelah meraka mendustakan dan membangkang ayat-ayat-Nya. Kemudian bila umat-umat tersebut belum juga bertaubat dan terus berjibaku dalam kekufuran dan pembangkangannya, Allah SWT akan melimpahkan berbagai kebaikan untuk mereka berupa harta yang banyak dan kondisi ekonomi yang lebih baik, lalu serta merta Dia membinasakan mereka sehimgga jadilah mereka setelah itu manusia-manusia yang merugi di dunia dan akhirat.
Allah SWT membuka pintu taubat dan pengharapan bagi para hamba-Nya seraya berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri” yakni mereka yang mendustakan (ayat-ayat Allah SWT) seperti orang-orang kafir Mekkah, Thaif dan penduduk kota lainnya. “Beriman” yakni kepada Allah SWT dan Rosul-Nya, (beriman) dengan hari pertemuan, janji, dan ancaman-Nya. “Dan Bertaqwa” yakni kepada Allah SWT sehingga tidak berbuat syirik, bermaksiat kepada-Nya dan Rosul-Nya; niscaya Allah SWT akn membukakan pintu-pintu langit berlimpahan rahmat dan berkah. Melimpahka bagi mereka perbendaharaan bumi dan menganugrahkan mereka rezeki yang baik akan tetapi penduduk negeri terdahulu telah mendustakan (ayat-ayat Allah SWT) sehingga Dia menimpakan Azab kepada mereka sebagai balasan atas apa yang mereka perbuat. Penduduk bumi sekarng ini yang mendustakan (ayat-ayat Allah SWT), hanya dua jalan bagi mereka; mengambil pelajaran dari apa yang menimpa penduduk negeri-negeri terdahulu lalu beriman, bertauhid dan berbuat ta’at. Atau tetap di aas kesyirikan dan pendustaan lal ditimpakan atas mereka azab yang dulu pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka, yaitu dimusnahkan secara missal dan disikat habis. Inilah yang di tunjukkan dalam firman-Nya pada ayat 96 diatas, yaitu firman-Nya,”jikalau sekiranya penduduk negeri-negri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Sedangkan pada tiga ayat berikutnya (97,98,99), Allah Ta’ala mengingkari kelalaian penduduk negeri-negeri tersebut dengan mencela kengototan dan keterus-menerusan di atas kebatilan seraya terheran dengan kondisi mereka tersebut. Karena itu Dia berfirman, “maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatanag siksa kami kepada mereka di malam hari diwaktu mereka sedang tidur?” atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan kami kepada merka di waktu matahari sepenggalahan nak ketika mereka bermain?” yakni apakah penduduk negeri-negeri lalai dan merasa amn saja terhadap datangnya azab kami di waktu Dhuha (matahari sepenggalahan naik) sementara mereka telah asyik mengerjakan amalan yang tidak bermanfaat bagi mereka yang seakan sedang bermain-maindengan permainan anak-anak? ”maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah” yakni mereka terlena karena kami mengulur-ngulur bagi mereka dan memperdayai mereka sehingga merasa amn dari maker Allah?seungguhnya mereka telah merugi sebab orang yang merasa aman-aman saja dari maker Allah hanyalah orang-orang yang merugi.
Sementara firmannya dalam ayat kelima (100), “dan apakah belum jelasbagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau kami menghendaki tentu kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan kami kunci hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?” yakni telah butalah orang-orang yang mempusakai bumi setalah penduduknya lenyap dan belum jelas bagi mereka serta belum menyadari bahwa andaikata Kami menghendaki, tentu kami azab merekakarena dosa-dosa mereka sebagaimana Kami telah mengazab orang-orang yang telah mempusakai rumah-rumah mereka karena dosa-dosa mereka.”dan Kami kunci hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)” dan Kami jadikan di setiap hati mereka sumbatan sehingga mereka tidak menyadari apa yang di katakan kepada mereka tidak memahami apa yang diinginkan terhadap mereka hingga akhirnya mereka binasa sebagaimana ninasanya orang-orang sebelum mereka.

Petunjuk Ayat

Di antara petunjuk ayat-ayat di atas adalah :
1. Allah yang Maha Pengasih menawarkan rahmat-Nya kepada para hamba-Nya dan tidak meminta yang lebih-lebh dari mereka selain dari iman dan taqwa.
2. Diharamkan bersifat lalai dan wajib ingat dan waspada.
3. Dharamkan bersikap aman darumakar Allah SWT.
4. Bla suatu umat merasa aman-aman saja dari makar Allah SWT, maka hendaklah mereka bersiap-siap menyambut penyesalan dan datangnya suatu azab yang pasti datang.
5. Wajib mengambil pelajaran dari apa yang dialami orang-orang terdahulu, yaiti dengan tidak melakukan factor-faktor yang menyebabkan kebinasaan mereka.
Aysar at-Tafaasiir : Syaikh Abu Bakar al-Jazaairy.

Ibrah/Perenungan

Apabila kita dermati kejadian negeri kita saja, misalnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, seakan ayat-ayat tersebut brbicara kepada kita. Kejadian-kejadian seperti gempa, tanah longsor, banjir dan sebagainya tidak jauh dari waktu-waktu yang disebutkan tersebut. Di Sidoharjo misalnya, lumpur panasa yang terus menyembur tak kunjung reda hingga sekarang, demikian pula gempa dan tanah longsor di berbagai tempat dan sejumlah kejadian lain di persada negeri ini, semuanya terjadi pada saat yang disebutkan ayat-ayat diatas. Membukytikan bahwa semuanya itu hanyalah atas kehendak Allah SWT. Semata. Belum lagi jika kita melihat kejadian-kejadian yang menimpa penduduk luar negeri, seperti di Iran, Bangladesh, Srilanka, Amerika, Kuba dan sebagainya. Juga membuktikan bahwa musibah-musbah itu terjadi tidak lepas dari andil manusia, yaitu pebuatan maksiat kepada Allah SWT dan kerusakan di muka bumi.
Di sisi yang lain, kita menyaksikan kebenaran janji Allah SWT dalam ayat-ayat tersebut untuk menjadikan negeri-negeri yang beriman dan bertaqwa sebagai negeri yang makmur, negeri yang sejahtera, aman dan tentram. Di antara contohnya yang perlu kita renungkan kembali adalah betapa pada masa Rasulullah, para al-khulafa’ ar-Rasyidun dan generasi tabi’in kondisinya sangat aman, damai, dan sejahtera. Tidak terbetik berita dari nukilan ahli sejarah yang dapat dipercaya mengenai musibah-musibah besar seperti yang terjadi di abad kontemporer ini. Jelas sekali ini menunjukkan janji Allah SWT itu pasti benar dan terjadi.
Semoga dengan ini, akan lebih membuka mata hati kita untuk segera dan tidak menunda-nunda lagi bertaubat dan kembali kepada Allah SWT serta berhenti melakukan semua bentuk kemaksiatan.
Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar